Penanti muara sungai cahaya akhirat
yang mengalir ke arah hilir tak bersyarat
singgah disetiap hitam putih dengan sesaat
selagi menikmati mengalirnya air tetap ingat dzat
merah dagingnya tersadar
sedang raganya tak sejajar
pikirnya berwisata tentang kehidupan tak berujung
sampai tak sadari keadaan yang sedang berlangsung
pundaknya lautan pikul
pada saatnya bisa jadi pukul
mimpi yang besar namun tempuh terkapar
banyak menimbang mundur maju atau sabar
setiap langkah menuju keseselamatan,
seringkali kakinya bersepatu batu
beda dengan merah dagingnya semangat menggebu
kini berusaha kembali
mengharap kekuatan tetap dalam diri
supaya menjadi kendaraan
yang menyegerakan
sampainya pada muara yang dinantikan
22/11/2015
yang mengalir ke arah hilir tak bersyarat
singgah disetiap hitam putih dengan sesaat
selagi menikmati mengalirnya air tetap ingat dzat
merah dagingnya tersadar
sedang raganya tak sejajar
pikirnya berwisata tentang kehidupan tak berujung
sampai tak sadari keadaan yang sedang berlangsung
pundaknya lautan pikul
pada saatnya bisa jadi pukul
mimpi yang besar namun tempuh terkapar
banyak menimbang mundur maju atau sabar
setiap langkah menuju keseselamatan,
seringkali kakinya bersepatu batu
beda dengan merah dagingnya semangat menggebu
kini berusaha kembali
mengharap kekuatan tetap dalam diri
supaya menjadi kendaraan
yang menyegerakan
sampainya pada muara yang dinantikan
22/11/2015